Radar Istana.Jakarta – Secara istilah, akuntabilitas adalah tindakan pertanggungjawaban atas hasil yang diperoleh setelah melakukan aktiv...
Radar Istana.Jakarta
– Secara istilah, akuntabilitas adalah tindakan pertanggungjawaban atas hasil yang diperoleh setelah melakukan aktivitas tertentu. Merujuk hal tersebut, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Sofyan A. Djalil, berkata bahwa segala hal di dunia ini pasti ada bentuk akuntabilitas atau pertanggungjawabannya, berikut dengan hasil yang didapat, baik maupun buruk.
Sofyan A. Djalil menyampaikan bahwa tidak ada di dunia ini yang tidak ada bentuknya, kecuali Tuhan. Oleh karena itu, semua mempunyai _trace_ atau jejak, begitu juga dengan hubungan antara manusia dengan akuntabilitas. Dalam konteks profesi, akuntabilitas dan pertanggungjawaban akan senantiasa ada dan bersinggungan.
“Segala hal di dunia ini, tak ada yang tak dimintai akuntabilitas. Ada yang diminta akuntabilitas ketika kita bekerja, ada yang diminta ketika pensiun. Ada yang tidak diminta, tetapi diminta akuntabilitasnya oleh Allah SWT di akhirat,” terang Sofyan A. Djalil dalam program daring Iqra’ Talk yang bertajuk Menjaga Akuntabilitas dalam Kehidupan Pribadi, Berbangsa, dan Bermasyarakat oleh Badan Pengelola Keuangan Haji, Senin (29/11/2021).
Hal ini sesuai dengan surah Al-Zalzalah ayat 7 dan 8 yang berbunyi, ”Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula". Sofyan A. Djalil berujar bahwa selain perbuatan dan pikiran, niat pun ada bentuknya, ada jejaknya, serta dapat diminta akuntabilitas atau pertanggungjawabannya.
“Bahkan dalam doktrin tasawuf, niat yang baik, niat yang jahat, pikiran yang jahat, itu ada _trace_ atau jejaknya. Niat yang belum terlaksana juga ada _trace_ dan _form_-nya. Makanya, jangan berpikir dan berasumsi negatif. Jangan berpikir hal-hal yang tidak memberikan manfaat. Inilah konsep dasar akuntabilitas,” jelas Menteri ATR/Kepala BPN.
Sofyan A. Djalil juga mengutip konsep Hindu Jainism yang membuatnya tertarik. Ia berkata bahwa konsep Hindu Jainism menekankan moral kepada anaknya dengan cara tidak mengotori jiwa agar tidak mendapat karma. Mengotori jiwa ini maksudnya dalam bentuk bicara yang tidak baik, berpikir yang tidak baik, mengambil yang bukan haknya, dan segala bentuk hal negatif lainnya.
Berbeda halnya dengan konsep yang seringkali disalahpahami oleh umat Islam. Sofyan A. Djalil mengungkapkan bahwa beberapa orang berbondong-bondong menuju Makkah dan berdoa di Multazam untuk memohon pengampunan. Namun ketika kembali pulang, mereka kembali melakukan dosa. “Setelah itu, kembali lagi ke Makkah untuk pengampunan dosa lagi, begitu seterusnya. Ini ialah pemahaman yang keliru. Seharusnya kita tahu konsep karma seperti ayat di surah Al-Zalzalah yang tadi. Kebaikan di dunia sebesar biji dzarrah pun akan dibalas, begitu juga kejahatan,” tegasnya.
Terakhir, Sofyan A. Djalil kembali menekankan terkait pentingnya akuntabilitas bagi pribadi manusia. Hendaknya setiap orang melakukan sesuatu dengan betul-betul yakin, jika yang dilakukan ialah sesuatu yang baik. Hal ini karena semua urusan akan ditanya akuntabilitas atau pertanggungjawabannya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. (ZD)
COMMENTS