PANDEGLANG - Radaristana.com Universitas Mathla'ul Anwar (Unma) Banten berencana akan menggelar wisuda offline di salah satu hotel, nam...
PANDEGLANG - Radaristana.com
Universitas Mathla'ul Anwar (Unma) Banten berencana akan menggelar wisuda offline di salah satu hotel, namun hingga saat ini pihak pelaksana wisuda diduga tidak mengantongi surat izin resmi dari pemerintah daerah.
Dari sumber informasi, sedikitnya terdapat 636 calon wisudawan dan melarang semua wisudawan untuk membawa telepon selular saat pelaksanaan wisuda.
Salah seorang mahasiswa Unma Banten, Fikri Abidzar Albar menyampaikan, dirinya merasa heran dengan pelaksanaan wisuda yang cenderung dipaksakan, pasalnya surat izin dari pemerintah daerah tidak ada, bahkan ada pemaksaan untuk tidak mempublikasi agenda besar tahunan tersebut.
"Yang jelas acara wisuda ini melakukan kerumunan, dihitung dari jumlah calon wisudawan saja ada 600 lebih, sementara mahasiswa kemarin minta dibelikan uangnya tidak dikembalikan, ini pelaksanaan wisuda tidak boleh dipublih, ada apa dengan wisuda yang dipaksakan ini," katanya kepada awak media, Kamis (21/1/2021).
Ia menduga, tidak dikembalikannya uang tersebut diduga karena sudah ada pembagian porsi, sehingga pihak rektorat tidak berani mengembalikan uang pembayaran wisuda tersebut.
"Perkara wisuda yang dipaksakan ini, saya meyakini betul bahwa biaya dari seluruh calon wisudawan hampir satu milyaran, yang paling heran itu kenapa tidak ada izin mereka berani menggelar wisuda offline," ujarnya.
Sementara itu, saat dikonfirmasi langsung, salah seorang Humas Unma Banten, Gigin menyampaikan bahwa pihaknya kebingungan mencari solusi untuk menggelar agenda wisuda di tengah Pandemi, sehingga pihaknya menginginkan pelaksanaan wisuda tidak diperkenankan untuk dipublish.
"Jadi awalnya itu kita sudah matang akan menggelar acara wisuda di bulan Desember, namun ternyata tidak mendapatkan izin dari Pemkab, kemudian kita undur ke bulan Januari ternyata masih belum mendapatkan izin, muncul adanya permintaan pengembalian biaya beberapa persen, dengan asumsi bahwa pembiayaan wisuda online lebih murah, padahal itukan harus menyewa seperangkat multimedia," ucapnya.
Gigin mengaku telah menyewa salah satu hotel untuk pelaksanaan wisuda offline, dan perosalan perizinan diserahkan kepada pihak ketiga yaitu hotel yang telah disewanya.
"Mungkin mahasiswa berasumsi bahwa wisuda online itu murah dibandingkan dengan wisuda offline, padahal itu (wisuda) hampir atau mungkin bahkan lebih besar pembiayaannya," katanya. (Rohmat/red)
COMMENTS